Sunday, November 8, 2015

Syiah

Kisah nyata wanita yang bernama Aisyah ini terjadi di kota Medan, sebelum Aisyah pergi ke masjid untuk mengisi kajian ibu-ibu dekat rumah, dia menyempatkan untuk mampir dulu ke rumah sepupu karena ingin mengambil kitab Fiqih Sunnah yang beberapa hari lalu dipinjamkan kepada sepupunya karena Aisyah akan membawanya ke pengajian.

Ternyata di rumah sepupunya sedang ada tamu yang penampilannya sangat islami, Kemudian Aisyah bertanya kepada sepupunya.

Siapa mereka?

Sepupunya menjawab: Mereka itu temanku sewaktu SMA. Kemudian Aisyah memuji penampilan mereka yang sangat Islami, dia berkata: "nah begitu dong kamu seharusnya, pakai pakaian yang tertutup (jilbab besar)".

Sepupunya menimpali: "Tapi pemahaman mereka beda dengan pemahamanmu yang kau ajarkan padaku Aisyah."

Aisyah pun bertanya: "Memang bagaimana perbedaannya?"

Sepupunya menjawab: "Lebih baik kau bicara sendiri dengan mereka."

Aisyah menjawab: "Tapi aku sedang ada pengajian."

Sepupunya berkata: "Sebentar saja, setidaknya kau bisa mengetahui perbedaan pemahamanmu dengan mereka."

Baiklah kata Aisyah.

Kemudian Aisyah ikut duduk di ruang tamu dengan mereka dan mengucapkan salam.

Setelah ngobrol beberapa waktu, Aisyah sudah bisa memastikan bahwa mereka ini adalah wanita-wanita Syiah.

Lalu Aisyah beranikan diri untuk bertanya: Kalian penganut syiah?
Si tamu pun menjawab: Benar.

Aisyah berkata: Subhanallah, sungguh indah penampilan wanita-wanita Syiah..

Si tamu pun tertawa ringan dan berkata: Terima kasih tapi memang beginilah kami di ajarkan dan kami kemari pun dengan tujuan mengajak teman kami ini (sepupu Aisyah) untuk ikut dalam pengajian kami. Jika mbak Aisyah ingin ikut juga, mari sama-sama.

Aisyah menjawab: Aisyah tertarik sekali ukht, tapi Aisyah sekarang sedang ada keperluan. Bagaimana kalau nanti malam kalian sempatkan datang ke rumah Aisyah untuk mendakwahi Aisyah dan keluarga Aisyah tentang ajaran yang kalian anut, apa kalian punya waktu?

Si tamu pun berkata: Tentu, tentu kami akan datang.

Aisyah mengatakan: Alhamdulillah, nanti Husna (sepupunya) akan menemani kalian, rumah Aisyah dekat dari sini kok.

Kemudian Aisyah pamit, sepupunya mengantarkan ke depan pagar dan bertanya: Aku gak ngerti aisyah, untuk apa kami ke rumahmu?

Aisyah menjawab: Nanti kau akan tau Husna

Sepupunya membalas: Duh syah, jangan gitu, bilang aja..

Aisyah: Mereka sedang berniat untuk mensyiahkanmu Husna, sementara sudah pernah kukatakan bahwa Syiah itu jauh dari Islam.

Maka nanti malam in sya Allah kita yang akan mengembalikan pemahaman mereka ke pemahaman yang benar, in sya Allah.

Setelah selesai shalat Isya' beberapa menit kemudian datanglah mereka ke rumah Aisyah. Tapi Aisyah melihat mereka bersama seorang lelaki dan penampilannya juga luar biasa islaminya, berjubah putih dan imamah hitam.

Aisyah senyum saja dan sudah tau bahwa ini lah orang yang akan mereka andalkan dalam mendakwahi Aisyah sekeluarga.

Wanita-wanita itu memberi salam dan Aisyah menjawab salam mereka dengan senyum tapi Aisyah tidak langsung mempersilahkan mereka masuk rumah.

Aisyah berkata: afwan ukht, tunggu dulu, sebelum masuk rumah, Aisyah harus minta izin dulu pada mahram Aisyah, sebab kalian membawa seorang lelaki.

Mereka mengangguk saja dan tersenyum manis.

Aisyah bertanya pada abangnya: Bang, apakah laki-laki ini boleh masuk?

Abang Aisyah menjawab: Boleh.. biar abang yang menemani kalian. Kemudian masuklah mereka semua, dan memperkenalkan laki-laki yang ada bersama mereka, ternyata benar bahwa laki-laki itu yang membimbing mereka dan yang mengisi dakwah di pengajian mereka.

Singkat cerita, setelah basa-basi selama 3-4 menit maka dakwah mereka pun di mulai.

Salah seorang tamu tadi bertanya: Mbak Aisyah nama lengkapnya siapa?

Aisyah menjawab: Aisyah bintu Umar al Muhsin bin Abdul Rahman Salsabila, kenapa ya ukhty?

Si tamu: Wow panjang juga ya hehe.. oh enggak hanya kami ingin memanggil mbak dengan nama yang lain, bagaimana jika kami panggil dengan Salsa saja?

Aisyah sudah menyadari bahwa mereka tidak akan suka dengan nama Aisyah, sebab serupa dengan nama istri Rasulullah, dan mereka sangat benci kepada ummul mukminin Aisyah.. na'udzu billah min dzalik

Aisyah pun tersemnyum dan berkata: Boleh juga, tapi boleh tau alasannya apa ya ukht?

Si tamu: Kami tidak menyukai nama itu sebab .......... (dia cerita cukup panjang dan intinya menjelek-njelekkan ummul mukminin Aisyah).

Tiba-tiba si laki-laki (ustadz Syiah) yang mereka ajak itu angkat suara.

Ustadz Syiah itu berkata: Aisyah itu adalah pendusta dan pezina, semoga Allah membakarnya di neraka.

Mendengar ucapan orang bodoh ini mata Aisyah spontan tertutup dan hati aisyah terasa bergetar.. kemudian Aisyah menundukkan kepala dan mengucap istighfar, dan memohon pada Allah agar dikuatkan mendengar fitnah keji dari mulut-mulut yang masih jahil, kemudian setelah tenang, Aisyah angkat kepala dan senyum pada mereka dan membuat situasi seolah-olah Aisyah tidak tau tentang hal itu.

Aisyah berkata: Masya Allah, benarkah begitu ustadz?

Ustadz Syiah menjawab: Benar, dialah penyebab wafatnya rasulullah, dia yang meracuni rasulullah hingga wafat.. semoga laknat selalu menyertainya.

Air mata aisyah menetes mendengar ucapan orang ini, dalam hatinya bagai tersayat-sayat.. seorang ibu dihina di depan anak-anaknya, rasanya ingin melemparkan gelas ini ke wajahnya. Aisyah pun melihat abangnya sudah mengenggam kedua tangannya dan menahan amarah. Namun sebelumnya Aisyah sudah mengiingatkan kepada abangnya bahwa diskusi ini tentu akan membuat hati panas.

Aisyah pun menimpali: Astaghfirullah, sehebat itukah fitnahnya?

Si tamu wanita menjawab: Kok fitnah mbak? itu nyatanya, nih kami bawa kitab tafsir Al Ayyasyi (kitab Syiah) didalamnya terdapat bukti, bahkan Abdullah bin Abbas mengatakan Aisyah adalah seorang pelacur, ini ada kitabnya.

Dia keluarkan kitab tapi Aisyah lupa nama kitabnya, ma'rifat rijal kalau Aisyah tidak salah ingat. DanAisyah melihat memang isinya benar seperti yang mereka ucapkan.

Singkat cerita, mereka terus menghina Aisyah dan para sahabat, sampai telinga ini seperti sudah bengkak.

Akhirnya Aisyah tidak tahan dan berkata pada mereka: Sebentar ustadz, Aisyah mau ambil kitab Syiah punya Aisyah, ada yang ingin Aisyah tanyakan mengenai isinya.

Ustadz Syiah menjawab: Silahkan.
Aisyah sudah siapkan satu soal yang akan menunjukkan jati diri mereka, apakah mereka orang yang cerdas atau cuma bisa ngomong besar.

Dan pertanyaan ini juga pernah ditanyakan oleh syaikh Adnan kepada seorang syaikh Syiah, tapi syaikh Syiah malah bingung menjawabnya.

Aisyah berkata sambil menyodorkan kitabnya: Nih dia kitabnya.
Ustadz Syiah: Oh saya juga punya itu, Al Ghaibah, kebetulan saya bawa hehe.

Aisyah berkata: Oh iya, kebetulan..
Si tamu wanita berkata: Hehe, Allah memudahkan urusan kita hari ini.

Aisyah tersenyum ringan melihat tingkah laku mereka.

Aisyah berkata: Begini ustadz, di dalam kitab ini disebutkan tentang beberapa wasiat rasul kepada imam ali, benarkah ini ustadz?

Ustadz Syiah: Halaman berapa?

Aisyah: 150 no 111

Ustadz Syiah: Sebentar saya lihat. Ya, benar, lalu apa yang ingin ditanyakan dari wasiat yg mulia ini?

Aisyah: Masih berlakukah wasiat ini ustadz?

Ustazd Syiah: Tentu, sampai hari kiamat.

Aisyah: Di dalam kitab ini rasul berwasiat
"Yaa 'Aliy anta washiyyi 'ala ahli baiti hayyihim wa mayyitihim wa 'ala nisa-i. fa man tsabbattuha laqiyatniy ghadan, wa man tholaqtuha fa ana bari’un minha".

Ustadz Syiah hanya bergumam

Aisyah: Benarkah ini ustadz?

Ustadz Syiah: Bagaimana kamu mengartikan kalimat wasiat itu.

Aisyah: Isi wasiat ini adalah
"wahai 'Ali engkau adalah washiy ahlul baitku (penjaga ahlul baitku) baik mereka yang masih hidup maupun yg sudah wafat, dan juga ISTRI-ISTRIKU. Siapa diantara mereka yang aku pertahankan, maka dia akan berjumpa denganku kelak. Dan barang siapa yang aku ceraikan, maka aku berlepas diri darinya, ia tidak akan melihatku dan aku tidak akan melihatnya di padang mahsyar."
Benarkah ini ustadz?

Ustadz Syiah: Benar ini wasiatnya.

Aisyah: Yang ingin saya tanyakan, apakah Aisyah istri Rasulullah itu pernah dicerai oleh Rasulullah?

Ustadz Syiah begumam dan berkata: Tidak..

Aisyah: Apakah Aisyah di pertahankan Rasulullah sampai Rasulullah wafat?

Ustadz Syiah: Ya benar.

Aisyah: Lalu kenapa tadi ustadz bilang Aisyah itu masuk neraka sedangkan dalam wasiat ini Aisyah tergolong orang yang masuk surga??

Ustadz Syiah: Bukan seperti itu maksud dari wasiat ini mbak Salsa.
Aisyah tersenyum melihat tingkah si ustadz dan Aisyah melirik kedua wanita syiah tadi yang mulai hilang senyumannya.

Aisyah: Entahlah ustadz tapi inilah isi dari kitab Syiah dan ini adalah wasiat dari Rasulullah, berarti wasiat ini tidak lagi dianggap oleh orang Syiah sendiri ya ustadz?

Ustadz Syiah: Oooh tidak begitu tapi,, tapi bukan begitu cara menafsirkannya.

Dan akhirnya dia menjelaskan tentang penafsirannya tapi sedikitpun tidak masuk akal bahkan kedua wanita syiah itu sendiri pun terlihat bingung mendengar penjelasan si Ustadz Syiah.

Abang Aisyah pun berkata: Ustadz, saya tidak faham dengan penjelasan antum, mohon diulangi ustadz.

Ustadz Syiah tersebut mulai gelisah.

Ustadz Syiah: Begini, intinya hadits wasiat ini dinilai oleh ahli ilmu hadits Syiah dan tentunya berdasarkan ilmu hadits Syiah adalah lemah sekali bahkan sampai derajat palsu.

Aisyah berkata dalam hati: Wah ini ustadz mulai aneh. tadi katanya wasiat ini masih berlaku sampai hari kiamat, sekarang menyatakannya sebagai hadits palsu.

Aisyah diam beberapa saat memikirkan bagaimana cara membuat orang ini terdiam dan malu karena pendapatnya sendiri.

Aisyah: Sudah-sudah, cukup, mungkin ini terlalu rumit pertanyaannya, nih ada pertanyaan lagi ustadz.

Seperti yang pernah saya dengar bahwa Syiah menganggap bahwa Ali lah yg seharusnya menjadi khalifah setelah wafatnya Rasulullah, apakah benar?

Ustadz Syiah: Ya benar sekali, tapi Abu Bakar rakus akan kekuasaan sampai-sampai dia berbuat kezaliman dan makar yang besar, diikuti pula oleh Umar dan Utsman.

Aisyah: Apakah ada dalil yang menunjukkan Ali sebagai orang yang dipilih Rasul menjadi khalifah sesudah wafatnya beliau?

Ustadz Syiah: Tentu ada, hadits Ghadir Khum , ketika Nabi sedang menunaikan haji wada' disertai beberapa orang sahabat besar, Nabi berkata kepada Buraidah: "Hai Buraidah barangsiapa menganggap aku sebagai pemimpinnya, maka terimalah Ali sebagai pemimpin..”

Aisyah: Ustadz, kalau saya tidak mengamalkan dan sengaja menolak apa yang diperintahkan Nabi, kira-kira apa hukuman buat saya ustadz?

Ustadz Syiah: Mbak Salsabila bisa dihukumi kafir karena mendustakan Nabi.

Aisyah: Astaghfirullah, berarti imam Ali pun telah kafir dalam hal ini ustadz, sebab dia tidak mengindahkan perintah Nabi, jika memang ini dalil yang menunjukkan Ali sebagai khalifah, bahkan imam Ali membai'at Abu Bakar, maka Abu Bakar pun di hukumi kafir, begitu juga Umar, dan semua sahabat yang menyaksikan ketika itu semuanya kafir, sebab yang menjadi pesan Rasul adalah man kuntu maulahu fa 'Aliyyun maulahu, siapa menganggap aku sebagai pemimpinnya, maka terimalah Ali sebagai pemimpin.
Benarkah begitu ustadz? Atau haditsnya palsu juga?

Ustadz Syiah: Hmmmm.. Haditsnya shahih.. tapi bukan begitu juga maksudnya.

Aisyah: Tapi tunggu ustadz, sebelum ustadz jelaskan maksudnya saya pengen tanya lagi biar kelar. Apakah setelah imam Ali yang akan menjadi khalifah adalah anaknya Al Hasan?

Ustadz Syiah: Ya benar sekali, tidak bisa dipungkiri.

Aisyah: Ada dalilnya? Shahih apa tidak?

Ustadz Syiah: Ada, shahih jiddan (sekali).

Aisyah: Bagaimana bunyinya?

Ustadz Syiah: Wahai Ali engkau adalah khalifahku untuk umatku sepeninggalku, maka jika telah dekat kewafatanmu maka serahkanlah kepada anakku Al Hasan,,
hadits ini cukup panjang menjelaskan tentang 12 imam.

Aisyah: Ustadz coba lihat kembali kitab Al Ghaibah yang berisi tentang wasiat Rasul tadi. Tidakkah isinya sama dengan yg baru saja ustadz sebutkan?

Ustadz Syiah: Sebentar.. oh iya sama.

Aisyah: Bukankah tadi saat kita membahas tentang keberadaan Aisyah di sorga, ustadz katakan hadits ini palsu?, tapi sekarang saat membahas tentang dalil kekhalifahan Ali dan Hasan malah ustadz berbalik mengatakan hadits ini shahih jiddan???

Ustadz Syiah pun diam seribu bahasa. Aisyah melihat raut ustadz berubah dari biasanya, mau senyum tapi tanggung, mau pulang tapi malu.

Aisyah: Ustadz, saya pernah dengar dari teman-teman saya bahwa Syiah itu suka bertaqiyah. Apakah ini bagian dari taqiyah itu?

Abang Aisyah: Hahahaha.. ustadz, akuilah bahwa Aisyah radhiyallahu 'anha adalah penghuni surga, Abu bakar adalah khalifah pertama, Umar kedua, Utsman ketiga,dan Ali keempat,
kita semua mencintai ahlul bait ustadz, Ali juga setia kepada kepemimpinan Abu bakar, Umar dan Utsman. Dan Ali sangat mencintai ketiga sahabatnya, bahkan sampai-sampai nama anak-anak Ali dari istrinya yang lain (selain Fathimah) diberi nama Abu Bakar, Umar & Utsman ... Apakah ustadz mau menafikan itu semua?

Ustadz Syiah: Hmmmmm.. sebaiknya kami pulang saja.

Aisyah: Tunggu ustadz, ustadz belum menjawab pertanyaan kami.

Ustadz Syiah: Sepertinya kalian sudah tau semua.

Aisyah: Oh berarti ustadz mengakui kebenaran ini?

Ustadz Syiah: Allahu a'lam, saya permisi dulu.

Husna (sepupu Aisyah): Bagaimana dengan kalian(kedua wanita syiah)?

Salah satu dari wanita Syiah angkat bicara: "Saya akan kembali lagi besok kesini dan saya harap Husna mau menemani saya"

Ustadz Syiah: Baiklah kalau begitu kalian tinggal disini dan saya pamit.

Wassalamu 'alaikum..
Kami: Wa'alaikumussalam warahmatullah.

Selesai.

Sumber: Status FB Aisyah Salsabila

Semoga kisah ini membuka mata hati kita dan pengetahuan kita tentang ajaran yang menyimpang, khususnya Syiah di Indonesia. Share dan sebarkan kawan! JANGAN DIABAIKAN karena tentu kita berharap kepada Allah agar Indonesia tidak menjadi "sarang besar" penganut syiah yang sesat. Kita berharap kisah seperti ini mampu membendung laju mereka dan membuka wawasan kita semua agar sadar bahayanya paham syiah.

Semoga bermanfaat. Wassalam

Friday, May 23, 2014

JANGAN PERNAH MENYALAH TAKDIR, APALAGI MENYALAHKAN ALLAH SWT

Assalamual'aikum wr.wb.

Pernahkah kita bertanya jodoh itu sebenarnya takdir atau pilihan ?
Jika jodoh itu takdir, kenapa Rasulullah menyuruh kita memilih?
Kenapa para orang-orang alim selalu menasehatkan agar kita berhati-hati dalam memilih calon pendamping agar tidak salah pilih?
Namun jika jodoh itu pilihan, kenapa kita dapat bersatu dengan orang yang kita pilah jika takdir tidak menggariskan??
Serumit itukah masakah jodoh jika terus di pertanyakan ??
Dalam islam , jodoh ditakdirkan sebagai seseorang yang namanya sudah tertulis di Lauh Mahfuz jauh sebelum kita di ciptakan yang akan di takdirkan menjadi pendamping hidup kita, Tapi ada juga yang bilang bahwa jodoh itu bisa berubah seiring perubahan yang terjadi pada akhlak kita.
Seperti halnya rejeki yang sudah di tuliskan di Lauh Mahfuz sana, jodoh juga harus di usahakan dengan ikhtiar dan do'a,dicari dengan cara halal. Karena seperti halnya rejeki yang harus kita cari dengan pekerjaan halal agar rejeki yang kita dapat itu membawa keberkahan untuk hidup kita, begitu pula jodoh ..
jika ingin beruntung dan bahagia ..

Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Perempuan itu dinikahi karena empat faktor yaitu agama, marhabat, harta dan kecantikannya. Pilihlah perempuan yang baik agamanya. Jika tidak, niscaya engkau akan menjadi orang yang merugi" (HR Bukhari dan Muslim).

Begitupun seorang wanita, ketika kita hendak memenerima tau memilih calon suami. Kita pun harus memilih agamanya ( ketaqwaannya ) , agar dia bisa membimbing kita dan menjadi imam yang baik . Lalu bagaimana dengan mereka yang bercerai? Katanya itu berarti mereka sudah tidak berjodoh ..
Dari sini aku mulai berfikir, otakku berputar mencari jawaban, agar aku tidak terjebak dalam kebingungan ..
Kita tetap di wajibkan "MEMILIH" karena Rasulullah menyuruh kita memilih kalau kita mau bahagia dan beruntung, dengan kriteria utama yang baik agamanya tentunya. Masalah dia berjodoh atau tidak dengan kita biarkan takdir yang memainkan perannya. Tugas kita hanya berdo'a memohoh yang terbaik dan berusaha melakukan yang terbaik sesuai pesan Rasulullah ..
Rasulullah telah memberi petunjuk dan nasihat memilih pasangan hidup kepada kita. Jika setelah tahu kita tetap memilih yang berlawanan karena mendapatkan nafsu dan ego saja. itu berarti kita telah memilih sendiri jalan hidup kita yang berlawanan dengan apa yang sudah Rasulullah ajarkan. Jadi jangan salahkan takdir, jangan salahkan Allah jika kamu terjebak kedalam jalan kerugian. Karna kamu sendiri yang memilih ..
Bukankah Allah sudah memperingatkan ..
Rasulullah pun sudah berpesan . Kita sendiri yang menentukan pilihan, walaupun hasil akhirnya tetap ada di tangan Allah, apakah mempersatukan dengan orang pilihan kita meskipun kita salah jalan , atau justru menggagalkan. Jika Allah menyatukan jangan berbangga dan merasa benar dulu, belum tentu Allah meridhai pilihan kita tadi bukan ?
Karna Allah hanya akan meridhai yang baik-baik saja. Tapi karna kasih-NYA, DIA mengambilkan apa yang kita usahakan, DIA mengizinkan semua itu terjadi, namun dibalik kehendak-NYA tadi, tidak kah kita takut Allah berkata..
"Inikah maumu? Inikah yang membuatmu bahagia? Inikah yang kau pilih? maka aku izinkan semua maumu itu terjadi.. Namun kau juga harus mempertanggung jawabkan semua ini diakhirat nanti ..
Di dunia Allah menyayangi semua hamba-NYA yang bertaqwa maupun yang durhaka ...
Semua mempunyai hak yang sama . Tapi di akhirat? Jangan harap..
Allah hanya akan mencintai hamba-NYA yang bertaqwa di dunia bukan yang selalu mendurhakai-NYA .
Jangan selalu menyalahkan takdir, apalagi menyalahkan Allah. Karna pada dasarnya kita punya bagian besar dalam menentukan jalan hidup kita. Bukankah kita sendiri yang memilih menjadi orang baik atau menjadi orang jahat?
menjadi orang jujur atau pendusta?
menjadi orang bertaqwa atau durhaka?
jadi sekarang mau pilih mana?
Pilih Rasulullah? atau Pilih nafsu kita?
Beruntung atau merugi ?
Ta'arur atau pasaran?
Menyerah pada nasib atau berusaha memperbaiki nasib?
Menyerah pada cinta atau menyerahkan cinta pada-Nya ?
Jangan selalu menjadi manusia yang pandai menyalahkan orang lain atas hal buruk yang terjadi dalam hidup kita, apalagi sampai menyalahkan Allah. Kita semua di anugrahi akal untuk berfikir, untuk menimbang apa saja kemashlahatan dan kemudharatan yang akan kita tanggung ketika kita hendak memilih atau melangkah ..

So.. Awali dengan cara islam, jalani dengan aturan islam.. Semoga kita mendapat akhir yang tentram.
So.. Jodoh Di Tangan ALLAH. Tapi pilihan ada dtangan kita. Kita sebagai hamba hanya bisa mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya agar bisa mencapai puncak keberuntungan.
Ikhtiar dan do'a jangan lupa .. dan tetap menjadikan pesan Rasulullah sebagai kriteria utama memilih dan menerima calon pendamping kita. Karna kehidupan tidak akan berakhir hanya di dunia. Ada kehidupan setelah ini yang lebih abadi, dan apa yang kita kerjakan di dunia inilah yang menjadi penentu kebahagiaan kita diakhirat kelak .....
Semoga kita semua selalu dilindungi & diberi kerahmatan oleh Allah SWT.
Aaamiiin..

Wa'alaikum salam wr.wb.

Saturday, January 25, 2014

IKUT MADZHAB SIAPA ??

A : Sampeyan ikut madzhab siapa, Mas ??
B : Ah, saya orangnya netral kok, Pak. Saya tidak ikut madzhab siapa-siapa. Yang penting dalilnya shahih, pengambilan hukumnya benar, maka pendapat dari madzhab yang mana saja akan saya ikuti.

A : Lhoooo, tidak bisa begitu. Dalam beragama ini kita harus bermadzhab, Pilihlah salah satu.
B : Oh begitu, Kalau boleh tahu, apa dalilnya dalam beragama ini kita harus bermadzhab, Pak ??

A : Yaaaa, Dalil langsung sih tidak ada. Itu hanya konsekuensi saja. Soalnya kalau kita tidak bermadzhab, kita akan kesulitan memahami Al-Qur'an dan Hadits. Kita ini kan bukan Ulama. Jadi harus meruju' pada madzhab tertentu untuk bisa mengerti ajaran-ajaran Islam.
B : Tidak begitu kok, Pak. Saya memang tidak taklid dengan madzhab tertentu. Saya juga tidak berpegang dengan satu madzhab tertentu. Tapi bukan berarti saya memahami Al-Qur'an dan Hadits dengan pemahaman saya sendiri lho. Saya tetap meruju' pada penjelasan para Imam dalam Islam. Bukan hanya 4 Imam saja, yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i, dan Imam Ahmad; tapi juga Imam-imam yang lain. Biasanya penjelasan para Imam itu sudah diintisarikan oleh para Ulama dalam kitab-kitab mereka, sehingga sangat memudahkan bagi umat Islam untuk memahami ajaran-ajaran Islam.

A : Lha memangnya kenapa to sampeyan kok tidak mau memegang satu madzhab tertentu ?? Memangnya itu salah ??????
B : Bukan masalah salah atau tidak salahnya, Pak. Tapi masalahnya Islam ini melarang kita untuk taklid dan fanatik pada satu figur tertentu kecuali Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Sementara, kenyataan yang sering terjadi, kalau orang sudah berpegang dengan madzhab tertentu, maka dia akan taklid dan fanatik habis-habisan dengan madzhab itu. Tidak perduli meskipun ada ajaran dalam madzhab tersebut yang sebenarnya bertentangan dengan hadits Nabi yang shahih, atau bahkan tidak sesuai dengan petunjuk Al-Qur'an.
Misalnya orang taklid sama Madzhab Syafi'i, maka akan dibela mati-matian meskipun tidak sesuai dengan petunjuk Nabi. Atau orang yang fanatik dengan madzhab Ahmad, maka dia akan kekeuh dengan madzhab Ahmad meskipun bertentangan dengan hadits yang shahih.
Ini semua tentu tidak boleh. Soalnya Nabi kita kan bukan Imam madzhab ya Pak, tapi Nabi kita adalah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

A : Wah, betul juga ya. Terus, bagusnya gimana ya ??
B : Alangkah baiknya kita bersikap netral. Tidak fanatik dengan madzhab ini atau itu. Kita beragama sesuai dengan dalil yang shahih.
Keuntungannya, kita bisa memilih mana dari ajaran madzhab-madzhab itu yang sesuai petunjuk Kitabullah dan Sunnah Nabi.
Misalnya dalam suatu perkara madzhab Hanbali yang cocok dengan Sunnah Nabi, ya itu yang kita ambil. Atau misalnya dalam perkara lain madzhab Syafi'i yang cocok dengan hadits yang shahih, ya itulah yang kita jalani. Begitu pula dengan madzhab Hanafi atau Maliki. Jadi enak, kita tidak jumud alias monoton. Keilmuan dan wawasan kita terus berkembang karena kita memiliki ruang beragama yang luas, tidak dibatasi oleh satu ruang madzhab tertentu.

A : Masyaa Allaah, saya kok baru nyadar ya. Jadi kesimpulannya apa ya ??
B : Kesimpulannya, orang yang taklid dengan yang tidak taklid dengan suatu madzhab memiliki kesamaan dan perbedaan.
Kesamaannya adalah, bahwa keduanya sama-sama memiliki peluang untuk mempelajari dan mengamalkan suatu madzhab.
Perbedaannya, kalau orang yang taklid, dia tidak mau tahu madzhabnya sesuai atau tidak dengan hadits Nabi. Kalau tidak madzhab itu tidak mau. Sehingga dia seolah lebih mendahulukan ajaran madzhab daripada petunjuk Nabi.
Sedangkan orang yang tidak taklid, dia tetap mempelajari madzhab, tapi secara umum. Dia memilah memilih. Mana yang paling sesuai dengan hadits shahih serta kandungan Al-Qur'an, itulah yang dia pegang. Jadi dia tetap mendahulukan petunjuk Nabi sebagai petunjuk yang pertama dan utama. Khazanah keilmuannya akan terus berkembang karena dia bisa bergerak kemana saja mempelajari madzhab ini dan itu, kemudian mencocokkannya dengan hadits-hadits yang shahih serta nilai-nilai Kitabullah. Ini semua tentu tetap dengan bimbingan para Ulama lho, bukan dengan pemahaman kita sendiri.
Makanya, inilah sebabnya mengapa kita harus belajar agama kepada para Ulama, atau kepada murid-muridnya para Ulama. Kita bisa belajar di pesantren-pesantren. Kalau tidak bisa nyantri, kita bisa hadir di kajian-kajian atau majelis ilmu yang alhamdulillah saat ini sudah banyak dimana-mana. Dari pesantren atau majelis ilmu itulah kita bisa mengetahui, ini loh hadits Nabi yang shahih, dan madzhab ini loh yang sesuai dengan hadits tersebut; sehingga inilah yang semestinya diamalkan. Begitu, Pak...

A : Subhaanallaah.. Syukron atas pencerahannya ya Mas. Saya baru mudeng sekarang.
B : Sama-sama, Pak. Alhamdulillaah bifadhlillaah.
[Taken and edited from : Ust Ammi Aac]
""""""""

Tambahan dari Admin :
Ketahuilah saudaraku yang saya cintai dan yang saya muliakan, semoga Allahu Ta'ala membimbing serta merahmati kita semua.
Bahwasanya menolak atau mengingkari 1 (satu) hadits saja dari Nabi shallallaahu'alaihi wa sallam bisa menyebabkan kita terjatuh dalam perkara kekafiran, ia dapat keluar dari Islam jika hujjah telah tegak kepadanya.
Namun, jika kita menolak perkataan, ucapan, pendapat, serta ketetapan dari seseorang yang memang menyelisihi Kitabullah wa Sunnah Nabi shallallaahu'alaihi wa sallam, maka : Kita tidak berdosa, bahkan itu dibenarkan oleh sang pembuat syari'at Allah Tabaroka wa Ta'ala [Lihat surat an-Nisaa' ayat 59]

Jadi, menolak atau istilah bahasa halusnya tidak mengikuti ucapan atau pendapat imam madzhab yang kurang kuat atau tidak cocok dengan Kitabullah wa Sunnah Nabi shallallaahu'alaihi wa sallam, bukanlah berarti kita tidak menghormati dan tidak menghargainya dan seterusnya, bukan begitu.
Akan tetapi, dengan kita tidak mengambil atau mengikuti ucapan, perkataan, serta pendapatnya yang tidak mencocoki dalil dari al-Qur'an dan As-Sunnah, adalah justru suatu penghormatan kepada para Imam dan para Ulamaa' tsb !! OLEH KARENA ITU, JIKA ADA SAUDARA KITA YANG TIDAK MENISBATKAN DIRI PADA SALAH SATU MADZHAB, TIDAK MENGINGATKAN DIRI HANYA PADA SATU MADZHAB, TIDAK FANATIK PADA SALAH SATU IMAM MADZHAB, MAKA BUKAN BERARTI IA ANTI TERHADAP MADZHAB !!
Kenapa ??? Sebab : Mereka (para Ulamaa') sendiri lah yang menganjurkan untuk meneliti semua ucapan, perkataan, dan pendapat yang menyelisihi al-Kitab wa Sunnah Nabi shallallaahu'alaihi wa sallam dan melarang taklid buta kepada mereka apabila telah tegak dalil kepadanya !!
Dan hal ini akan sulit dilakukan jika kita malah taqlid buta dan fanatik hanya pada salah satu Imam atau madzhab saja, karena fanatik pada salah satu madzhab saja tentu hanya akan mengikuti pendapat dari madzhab tsb, tanpa mau tahu bagaimana pendapat yang lain, bahkan terkadang tanpa mau tahu apakah pendapat yang ia ikuti dan ia bela-bela tsb cocok atau tidak dengan dalil, asalkan pendapat itu dari madzhabnya maka dianggapnya pasti benar dan diikuti begitu saja bahkan mati2an dibela.
Mari kita perhatikan para ulama kita yang justru menganjurkan kepada pengikutnya untuk mengikuti dalil (al-Qur'an dan As-Sunnah), serta melarang mengikuti perkataannya jika tidak sesuai dengan keduanya dan justru menganjurkan untuk mengikuti al-Qur'an dan As-Sunnah yang Shahiih jika memang ucapannya bersebrangan dengan dalil :
Imam Abu Hanifah rahimahullaahu ta'ala berkata :
"Tidak halal bagi seseorang mengambil perkataan kami selama ia belum mengetahui dari mana kami mengambilnya." (I'laamul Muwaqqi'iin, III/488)

Beliau rahimahullaahu ta'ala juga berkata :
"Apabila suatu hadits itu shahih, maka itulah madzhabku." (Iiqaazhul Himam, hal. 62)

Imam Malik rahimahullaahu ta'ala berkata :
"Sesungguhnya aku hanya seorang manusia, terkadang aku benar dan terkadang salah.
Maka lihatlah pendapatku, setiap pendapatku yang sesuai dengan Al-Kitab (baca : al-Qur'an) dan As-Sunnah (baca : hadits) maka ambillah, dan setiap yang tidak sesuai dengan Al-Kitab dan As-Sunnah maka tinggalkanlah." (Jaami'Bayaanil'Ilmi wa Fadhlihi, I/775, no. 1435, 1436)

Imam asy-Syafi'i rahimahullaahu ta'ala berkata :
"Setiap orang pasti terlewat dan luput darinya salah satu Sunnah (baca :hadits)
Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam. Apapun pendapat yang aku katakan atau prinsip yang aku tetapkan (baca : katakan) kemudian ada hadits dari Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam, yang ternyata bertentangan dengan pendapatku, maka apa yang disabdakan Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam itulah yang diambil. Dan itulah yang menjadi pendapatku." (Manaaqib al-Imam asy-Syafi'i, I/475, dan I'laamul Muwaqqi'iin,IV/46 - 47)

Beliau rahimahullaahu ta'ala juga berkata :
"Setiap yang aku ucapkan, namun ada hadits Nabi shallallaahu'alaihi wa sallam yang shahih menyelisihi pendapatku, maka hadits Nabi shallallaahu'alaihi wa sallam itulah yang lebih patut diikuti. Maka janganlah kalian taklid kepadaku." (Manaaqib al-Imam asy-Syafi'i,I/473, dan I'laamul Muwaqqi'iin, IV/45 - 46)

Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullaahu ta'ala berkata :
"Kalian tidak boleh taklid kepadaku, tidak boleh juga taklid kepada Malik, Syafi'i, al-Auza'i, dan ats-Tsauri, tetapi ambillah darimana mereka mengambil." (I'laamul Muwaqqi'iin, III/469)

Lihatlah wahai saudaraku, begitu indah perkataan para imam-imam kita yang menyeru untuk mengikuti dalil, nash, hujjah, dan menolak semua pendapat jika menyelisihi al-Qur'an dan As-Sunnah, serta justru melarang untuk taklid buta terhadap seseorang yang dikhawatirkan akan membuatnya buta dari kebenaran. Mereka semua berkata tidaklah dengan hawa nafsunya akan tetapi mereka semua rahimahumullaahu ta'ala berkata berdasarkan ilmu dan:ketakwaannya untuk mengikuti dalil.
Sebab : Agama Islam tegak dengan dalil.
Islam adalah agama dalil.
Hanya pada Allah kita memohon petunjuk.
Read more : http://khansa.heck.in/ikut-madzhab-siapa.xhtml